

Kota Tangerang, jawapostnews.co.id Kelenteng Boen Tek Bio, salah satu peninggalan sejarah tertua di Kota Tangerang, kembali menjadi pusat perhatian bukan karena ritual ibadah, tetapi karena apresiasi yang disampaikan oleh tokoh budaya dan agama Tionghoa, Ruby Santamoko, S.Ag., M.MPd., atas rotasi jabatan Kapolres Metro Tangerang Kota.
Perkumpulan Kelenteng Boen Tek Bio menyambut baik pergantian pucuk pimpinan di tubuh Kepolisian Republik Indonesia yang kini menetapkan Kombes Pol. Dr. Raden M. Jauhari, S.H., S.I.K., M.Si. sebagai Kapolres Metro Tangerang Kota menggantikan Kombes Pol. Zain Dwi Nugroho, S.H., S.I.K., M.Si. yang mendapat kepercayaan baru sebagai Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri.
Dalam wawancaranya, Ruby menyampaikan pandangan yang dalam dan penuh penghormatan atas perjalanan dua tokoh kepolisian yang disebutnya sebagai pemimpin tangguh dan berintegritas tinggi.
“Kami dari Perkumpulan Kelenteng Boen Tek Bio mengucapkan selamat kepada Bapak Kombes Pol. Dr. Raden M. Jauhari atas kepercayaan yang diberikan negara. Beliau sosok yang mengedepankan ketegasan dalam hukum tetapi tetap humanis dalam pendekatan sosial. Kami percaya, di bawah kepemimpinan beliau, Kota Tangerang akan semakin aman dan kondusif,” ujar Ruby di sela-sela kegiatan sosial lintas agama di kompleks kelenteng bersejarah tersebut.
Ruby juga tidak lupa memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Kombes Pol. Zain Dwi Nugroho atas pengabdiannya selama menjabat sebagai Kapolres Metro Tangerang Kota.
“Kepemimpinan beliau sangat terasa bagi kami masyarakat. Banyak kegiatan bersama yang kami lakukan, mulai dari pengamanan perayaan keagamaan, pembinaan masyarakat hingga menjaga stabilitas keamanan di masa-masa krusial. Semoga sukses di tempat baru dan terus menjadi contoh teladan dalam tubuh Polri,” tambahnya.
Boen Tek Bio: Simbol Toleransi dan Kebudayaan
Kelenteng Boen Tek Bio yang diperkirakan berdiri sejak tahun 1684 bukan hanya menjadi rumah ibadah bagi umat Konghucu dan Tionghoa, tetapi juga menjadi tempat persinggahan sejarah dan toleransi di Kota Tangerang. Lokasinya yang strategis di tengah kota menjadikan kelenteng ini sebagai ruang dialog dan pertemuan antar budaya.
Sebagai pimpinan perkumpulan, Ruby Santamoko selama ini aktif menjembatani kegiatan sosial keagamaan yang melibatkan berbagai komunitas, termasuk tokoh Muslim, Kristen, Budha, dan masyarakat adat.
“Kami percaya, menjaga keharmonisan adalah bagian dari ibadah itu sendiri. Kami juga terbuka dan siap bersinergi dengan kepolisian dalam upaya bersama menjaga perdamaian, melawan paham intoleransi, dan mendorong anak muda terlibat dalam kegiatan positif,” jelas Ruby.
Sinergi Masyarakat dan Kepolisian
Ruby menambahkan bahwa hadirnya pemimpin baru di institusi kepolisian harus menjadi momen untuk mempererat kolaborasi dan komunikasi antara aparat dengan masyarakat sipil.
“Kami dari perkumpulan melihat bahwa keamanan bukan hanya tugas aparat, tapi juga tugas warga. Selama ini Polres Metro Tangerang Kota sangat aktif menjalin komunikasi dan koordinasi dengan elemen masyarakat. Kami ingin hal ini tetap berlanjut dan bahkan ditingkatkan,” ujarnya.
Menurut Ruby, keberhasilan Kota Tangerang sebagai salah satu kota yang relatif aman dan rukun adalah buah dari kepemimpinan yang terbuka, mendengarkan masyarakat, dan menindak tegas pelanggaran hukum tanpa pandang bulu.
“Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dekat dengan rakyat, tapi juga tegas pada pelanggaran. Kami harap Kapolres yang baru bisa menjaga semangat ini dan menjadikan Tangerang sebagai kota percontohan toleransi dan penegakan hukum,” tandasnya.
Harapan ke Depan
Sebagai penutup, Ruby menyampaikan bahwa Perkumpulan Kelenteng Boen Tek Bio siap mendukung penuh program-program Polri, khususnya di bidang sosial, budaya, dan pembinaan generasi muda.
“Kami memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk ikut menjaga ketertiban, dan kami siap bergandengan tangan dengan siapapun yang tulus menjaga negeri ini,” pungkas Ruby.
Pergantian Kapolres Metro Tangerang Kota ini memang bukan sekadar formalitas struktural, tetapi menjadi panggung yang menunjukkan pentingnya peran komunitas dalam menjaga stabilitas dan kebhinekaan Indonesia.
Editor: Ismail
