

Jawapostnews.co.id, Jakarta – Langit Jakarta tampak muram, seolah ikut merunduk dalam duka. Di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), ribuan pasang mata tertuju pada satu sosok yang dibaringkan dalam kehormatan penuh: Mayjen TNI (Purn.) H. Eddie Mardjoeki Nalapraya, sang Bapak Pencak Silat Dunia, telah kembali ke pangkuan Ilahi.
Suasana haru menyelimuti prosesi pelepasan jenazah yang digelar dengan upacara militer pada pukul 15.45 WIB, dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Negara hadir memberikan penghormatan terakhir, bukan hanya untuk seorang jenderal purnawirawan, tetapi untuk seorang tokoh yang mengabdikan hidupnya bagi bangsa—di medan tempur, di gelanggang silat, dan di arena pelestarian budaya Betawi.
Presiden Prabowo: “Beliau Patriot Sejati”
Dalam pidatonya yang penuh rasa kehilangan, Presiden Prabowo mengungkapkan kedekatannya dengan almarhum, yang ia kenal sejak tahun 1980-an. Bagi Prabowo, sosok Babeh Eddie bukan sekadar pejuang militer, melainkan pejuang kebudayaan dan nilai luhur bangsa.
“Kita semua kehilangan seorang tokoh luar biasa. Beliau ikut dalam perjuangan kemerdekaan, meniti karier dari prajurit hingga jenderal. Tapi yang paling istimewa, beliau membawa pencak silat Indonesia ke panggung dunia. Dunia mengenal Indonesia lewat beliau,” ucap Presiden Prabowo dalam pidatonya.
“Anak bangsa yang kuat lahir dari budaya yang kuat. Pencak silat bukan hanya seni bela diri, tapi bagian dari identitas kita. Mari kita teruskan perjuangan beliau,” tambah Presiden.
Pelepasan jenazah berlangsung penuh khidmat dengan prosesi militer yang melibatkan pasukan kehormatan, ditutup dengan tabur bunga oleh Presiden dan para tokoh nasional, serta iringan isak tangis dari para pendekar, sesepuh Betawi, dan warga yang datang memberi penghormatan terakhir.

Bamus dan FORKKABI Tetap Anggap Babeh Eddie Ketua Majelis Adat
Sebelum wafat, meski tengah dirawat di rumah sakit, almarhum tetap dihormati sebagai Ketua Majelis Adat Bamus Suku Betawi 1982. Dalam Musyawarah Besar (MUBES) ke-I Bamus yang baru saja diselenggarakan, seluruh peserta tetap bulat menyatakan penghormatan dan loyalitas kepada beliau.
“Babeh Eddie adalah simbol adat dan kehormatan Betawi. Meski beliau sakit, nama beliau tetap kami junjung sebagai Ketua Majelis Adat. Ini bukan hanya bentuk loyalitas, tapi penghormatan tertinggi bagi seorang tokoh panutan,” ujar salah satu peserta MUBES.
Ketum FORKKABI H. Ikhsan: “Beliau Pondasi Kaum Betawi Modern”
Forum Komunikasi Kaum Betawi Indonesia (FORKKABI), organisasi besar masyarakat Betawi, turut merasakan duka mendalam. Ketua Umum DPP FORKKABI, H. Ikhsan, SH, MH, menyampaikan pernyataan penuh rasa kehilangan.
“Beliau adalah bagian dari berdirinya FORKKABI. Kami tidak bisa membicarakan sejarah FORKKABI tanpa menyebut nama Babeh Eddie. Beliau pondasi kaum Betawi modern, pengayom yang membimbing kami dalam semangat kebangsaan,” kata H. Ikhsan.
“FORKKABI sangat kehilangan. Sosok beliau menjadi kekuatan moral kami. Keberanian dan kesederhanaannya, kegigihan dan keteladanannya, adalah warisan abadi. Kami berjanji, FORKKABI akan terus menjaga nilai-nilai yang beliau tanamkan,” tegasnya.
Dari Gelanggang ke Dunia: Jejak Langkah Seorang Tokoh Dunia
Lahir di Jakarta pada 6 Juni 1931, Eddie Mardjoeki Nalapraya bukan hanya seorang perwira tinggi militer, tetapi juga pelopor dalam menjadikan pencak silat sebagai warisan budaya tak benda yang diakui dunia. Ia memimpin Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (PERSILAT), membina padepokan silat, mengirim delegasi ke berbagai negara, dan dikenal luas oleh komunitas internasional sebagai “Father of World Silat.”
Atas jasanya, pencak silat Indonesia kini berdiri sejajar dengan seni bela diri dunia lainnya. Namun lebih dari itu, Babeh Eddie mengajarkan bahwa silat bukan semata teknik bertarung, tapi cara hidup. Etika, hormat, tanggung jawab, dan spiritualitas menjadi bagian yang tak terpisahkan.
“Babeh Telah Pergi, Tapi Semangatnya Hidup”
Dari Betawi untuk Indonesia. Dari Indonesia untuk dunia. Babeh Eddie meninggalkan dunia, namun semangatnya tak akan padam. Ia telah membangun jalan bagi generasi penerus—jalan yang bersandar pada budaya, adat, dan kebanggaan sebagai anak bangsa.
Seorang pendekar sejati memang tidak pernah benar-benar pergi. Ia hanya berpindah dari dunia nyata ke dalam sejarah, menjadi bagian dari memori kolektif sebuah bangsa yang terus berjuang untuk berdiri di atas kaki budayanya sendiri.
Selamat jalan, Babeh Eddie. Indonesia berterima kasih. Betawi berduka. Dunia silat kehilangan bapaknya.
Editor: ismail
